selamat datang

"selidikilah aku ya Allah dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran pikiranku. lihat lah apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku dijalan yang kekal"

Selasa, 28 Agustus 2012

Surat terbuka untuk Pemprov Jabar: Solusi pemecahan masalah kemacetan dikawasan Puncak Bogor pada musim liburan

anda yang menikmati musim libur lebaran tahun ini di kwasan Puncak Bogor pasti sangat kecewa dengan kenyataan arus lalu lintas ke dan dari arah Puncak atau Cipanas Bogor macet total. Hal ini sering kali terjadi apalagi pada saat musim liburan panjang hari raya. biasanya kemacetan sampai 23km. kalau dihitung jarak seperti dari pertigaan ciawi sampai Istana Negara Cipanas.

Parahnya Pemprov Jabar atau Pemda setempat selama ini tidak mempunyai grand design untuk mengatasi permasalahan tersebut. Anda yang sering bepergian ke kawasan tersebut tentu sangat tahu perkembangan sarana dan prasarana apa yang telah berhasil dilaksanakan khususnya selama 25 tahun terakhir. untuk mengatasi permasalahan kemacetan bisa dibilang Pemprov Jabar kurang inovasi dan tumpul solusi.

Bangunlah suatu sarana fisik disamping untuk antisipasi kemacetan akibat volume jumlah kendaraan yang tinggi, lingkungan udara juga lebih segar karena gas buang kendaraan berhasil di minimalisir juga tampak ada kemajuan signifikan pada indutri pariwisata kawasan.

Seperti contoh station kereta gantung, dibangun dari titik pertigaan ciawi sampai sepanjang jalur ke taman nasional cibodas. mereka yang menggunakan kendaraan beroda empat apabila ingin menikmati pemandangan alam puncak dari ketinggian 10 meteran dapat memarkirkan kendaraan di area parkir station utama di ciawi. tentu dibangun area parkir yang luas sebagai terminal induk.

Dengan panjang jalur kurang lebih 20km, sangat menarik minat masyarakat untuk menaiki kereta gantung tersebut, dan dampaknya kemacetan dan emisi gas buang kendaraan yang memicu suhu kawasan puncak menjadi panas akhir2 ini dapat lebih terkendali


perhatikan negara tetangga yang melengkapi kereta gantung pada industri pariwisata di kawasannya, contoh kereta gantung di Genting Malaysia. perhatikan foto dibawah ini, elok bukan? kenapa tidak kalau hal ini dapat terwujud dikawasan Puncak Bogor. yang pasti semuanya ini untuk kemajuan bersama.
(solusi asli untuk Indonesia BISA-ore)

Selasa, 31 Juli 2012

Kisah Pelaku Petrus Orde Baru

Kasus-kasus penembakan misterius (petrus) pada 1982-1985 silam kini jadi bahan pembicaraan lagi. Pekan lalu, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menemukan ada pelanggaran HAM berat dalam pembunuhan sistematis atas para preman dan orang-orang yang dituduh melakukan kejahatan. 
»Temuan ini sudah kami serahkan ke Kejaksaan Agung untuk ditindaklanjuti,” kata Ketua Tim Adhoc Penyelidik Pelanggaran HAM dalam kasus Petrus, Stanley Adi Prasetyo.
Penyelidikan Komnas HAM menemukan bahwa ada indikasi kuat pemerintah Orde Baru sengaja merestui sebuah program pembunuhan massal untuk mengatasi gangguan keamanan kala itu. 
Benarkah?  Seorang pria yang disebut-sebut sebagai pelaku pertama operasi petrus di Jawa Tengah.
Namanya M. Hasbi, bekas Komandan Kodim 0734 Yogyakarta.  Setelah menjabat komandan militer, dia sempat menjadi Bupati Boyolali sampai 1994. Dia juga sempat menjadi anggota DPRD Jawa Tengah dari Partai Golkar. Kini Hasbi adalah Ketua Persatuan Purnawirawan dan Warakawuri TNI dan POLRI (Pepabri) Jawa Tengah. Berikut ini petikan wawancaranya:
Apa latar belakang operasi Petrus pada 1980-an?
Kondisi keamanan masyarakat ketika itu sangat terganggu oleh keberadaan para gali. Anda tahu apa itu gali? Gabungan anak liar. Mereka sangat menganggu dan meresahkan masyarakat sehingga harus diberantas. Operasi  Petrus itu mulai November 1982, saat saya bertugas di Yogyakarta sebagai Dandim.
Apa buktinya preman kala itu mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat?
Indikasinya sangat jelas, setiap malam hari para mahasiswa di Yogyakarta sudah tak berani keluar karena takut pada gali. Operasi petrus adalah shock therapy supaya tidak ada tindak kejahatan lagi.
Bagaimana  awal mulanya Operasi Petrus dijalankan?
Saat kondisi keamanan terganggu, saya melapor ke Pangdam Diponegoro, Pak Ismail. Dia bilang, »Ya sudah diberantas saja.” Saya lalu bilang, »Siap laksanakan.” Saya segera berkoordinasi dengan polisi.
Untuk apa?
Kami membuat daftar nama preman. Sumber datanya berasal dari laporan masyarakat yang kemudian disaring di Badan Koordinasi Intelijen. Badan Koordinasi Intelijen ini berisi intel Kodim, intel polisi serta intel kejaksaan.
Berapa jumlah preman yang masuk dalam daftar Anda?
Saya lupa. Sudah lama kok.
Setelah didaftar lalu bagaimana?
Setelah itu,  semua preman yang masuk daftar diumumkan dan dipanggil. Para preman diminta lapor untuk diberi Kartu Tanda Lapor (KTL). Semua preman yang sudah bisa menunjukan KTL  akan aman.
Yang tidak bisa menunjukkan KTL?
Ya sesuai standar, ada operasi.  Jika premannya malah lari maka diberi tembakan peringatan tiga kali. Jika tetap lari, akan ditembak kakinya. Tapi, kadang-kadang ya, tembakan itu malah  kena kepala atau tubuh, karena medannya naik turun atau dia malah merunduk. Itu semua di luar dugaan.
Berapa preman yang tewas dalam operasi ini?
Saya tidak ingat. Sudah lama sekali.
Apakah menurut Anda, penembakan misterius ini melanggar aturan?
Saya kira tidak melanggar. Buktinya, saat itu tak ada reaksi penolakan masyarakat. Gali-gali itu sudah sangat meresahkan masyarakat. 
Apakah sekarang Anda menyesal karena berperan menghilangkan nyawa  banyak orang?
Waktu itu, ada perintah dari atasan.
Apa kira-kira Pangdam Diponegoro juga mendapat perintah dari atasannya?
Saya tidak tahu, tapi saat itu yang jelas ada operasi Petrus di hampir seluruh wilayah Indonesia. (*)

Jumat, 13 April 2012

HOLOCAUST, SOLUSI AKHIR


Asal mula "Solusi Akhir," yaitu rencana Nazi untuk memusnahkan bangsa Yahudi, masih menjadi misteri. Yang pasti, genosida terhadap orang Yahudi merupakan titik puncak kebijakan Nazi selama satu dasawarsa di bawah pemerintahan Adolf Hitler. "Solusi Akhir" dilaksanakan secara bertahap. Setelah partai Nazi naik ke tampuk kekuasaan, rasisme yang diberlakukan negara berujung dengan legislasi anti-Yahudi, pemboikotan, "Aryanisasi", dan terakhir pogrom "Malam Kaca Pecah", yang semuanya bertujuan menghilangkan kaum Yahudi dari masyarakat Jerman. Setelah Perang Dunia II meletus, kebijakan anti-Yahudi berkembang menjadi sebuah rencana komprehensif untuk mengumpulkan dan pada akhirnya memusnahkan kaum Yahudi Eropa.
Nazi mendirikan pemukiman-pemukiman ghetto di wilayah Polandia yang diduduki. Kaum Yahudi Polandia dan Eropa barat dideportasi ke pemukiman-pemukiman ghetto tersebut. Saat invasi Jerman ke Uni Soviet pada tahun 1941, regu pembunuh keliling (Einsatzgruppen <glossary.htm>) memulai pembantaian terhadap seluruh komunitas Yahudi. Tak lama kemudian, cara-cara yang dipakai, terutama lewat penembakan dan mobil gas, dianggap kurang efisien dan sebagai suatu beban psikologis terhadap mereka yang diperintahkan membunuh.
Setelah Konferensi Wannsee pada Januari 1942, Nazi secara sistematis mulai mendeportasi masyarakat Yahudi dari seluruh Eropa ke enam kamp konsentrasi yang didirikan di bekas wilayah Polandia -- Chelmno, Belzec, Sobibor, Treblinka, Auschwitz-Birkenau, dan Majdanek. Kamp pembantaian merupakan pusat pembantaian yang dirancang untuk genosida. Sekitar tiga juta orang Yahudi dibunuh dengan gas di kamp-kamp pembantaian.
Secara keseluruhan, "Solusi Akhir" terdiri dari pembunuhan menggunakan gas, penembakan, tindak terorisme secara acak, penyakit, dan penderitaan kelaparan yang berujung dengan kematian enam juta orang Yahudi -- dua pertiga masyarakat Yahudi di Eropa.

Tanggal-tanggal Penting

22 JUNI 1941
REGU PEMBUNUH SERTAI INVASI JERMAN KE UNI SOVIET

Regu pembunuh keliling Jerman, yang disebut satuan tugas khusus (Einsatzgruppen), ditugaskan membunuh orang Yahudi saat invasi ke Uni Soviet. Regu-regu ini mengikuti angkatan darat Jerman yang menusuk jauh ke dalam wilayah Soviet, dan melaksanakan operasi-operasi pembantaian massal. Pada awalnya, regu pembunuh keliling terutama menembak laki-laki Yahudi. Tidak lama kemudian, ke mana pun regu pembunuh keliling pergi, mereka menembak semua laki-laki, perempuan, dan anak-anak Yahudi, tanpa memandang umur atau gender. Pada musim semi tahun 1943, regu-regu pembunuh keliling telah membunuh lebih dari satu juta orang Yahudi dan puluhan ribu partisan, orang Roma (Gipsi), dan pejabat politik Soviet.
8 DESEMBER 1941
PUSAT PEMBANTAIAN PERTAMA MULAI BEROPERASI

Pusat pembantaian Chelmno mulai beroperasi. Nazi kemudian mendirikan lima kamp lain yang serupa: Belzec, Sobibor, Treblinka, Auschwitz-Birkenau (yang menjadi bagian dari kompleks Auschwitz), dan Majdanek. Para korban di Chelmno dibunuh di dalam mobil gas (truk tertutup rapat dengan gas-buang mesin dialihkan ke bagian dalam truk). Kamp Belzec, Sobibor, dan Treblinka menggunakan gas karbon monoksida yang dibangkitkan lokomobil yang dihubungkan ke kamar-kamar gas. Auschwitz-Birkenau, merupakan yang terbesar di antara pusat pembantaian lainnya, mempunyai empat kamar gas besar yang menggunakan Zyklon B (kristalin hidrogen sianida) sebagai agen pembunuh. Kamar gas di Majdanek menggunakan karbon monoksida dan Zyklon B. Jutaan orang Yahudi dibunuh di dalam kamar-kamar gas di pusat-pusat pembantaian sebagai bagian dari "Solusi Akhir."
Pemandangan pagar kawat berduri yang memisahkan ghetto dari bagian lain kota Krakow. Krakow, Polandia, tanggal tidak diketahui.
20 JANUARI 1942
KONFERENSI WANNSEE DAN "SOLUSI AKHIR"

Konferensi Wannsee, sebuah pertemuan antara SS (pengawal elite negara Nazi) dan lembaga-lembaga pemerintah Jerman, dibuka di Berlin. Mereka membahas dan mengoordinasi pelaksanaan "Solusi Akhir," yang sudah berjalan. Di Wannsee, SS memprakirakan bahwa "Solusi Akhir" akan melibatkan 11 juta jiwa orang Yahudi Eropa, termasuk mereka yang berasal dari negara-negara non-kependudukan seperti Irlandia, Swedia, Turki, dan Inggris Raya. Antara musim gugur tahun 1941 dan musim gugur tahun 1944, perkeretaapian Jerman mengangkut jutaan orang ke kematian mereka di pusat-pusat pembantaian di wilayah kependudukan Polandia.

HOLOCAUST, MARS KEMATIAN


Foto klandestin, yang diambil oleh seorang warga sipil Jerman, atas para tahanan kamp konsentrasi Dachau yang tengah melakukan mars kematian ke selatan melewati sebuah desa ke Wolfratshausen. Germany, antara tanggal 26 dan 30 April 1945.

Menjelang akhir perang, saat kekuatan militer Jerman mulai kolaps, pasukan angkatan darat Sekutu mulai mendekati kamp-kamp konsentrasi Nazi. Soviet mendekat dari arah timur, sedangkan Inggris, Prancis, dan Amerika dari barat. Jerman dengan kalut mulai memindahkan para tahanan keluar dari kamp-kamp di dekat garis depan dan memanfaatkan tenaga mereka sebagai buruh kerja paksa di kamp-kamp di Jerman. Para tahanan pertama diangkut keluar dengan kereta api, tapi kemudian dengan berjalan kaki dalam apa yang dikenal dengan "mars kematian."
Para tahanan tengah berjalan ke arah selatan dalam sebuah mars kematian dari kamp konsentrasi Dachau. Gruenwald, Jerman, 29 April 1945.
Para tahanan dipaksa berjalan kaki menempuh jarak yang panjang dalam cuaca yang dingin membeku, tanpa atau hanya dengan sedikit makanan, air, atau istirahat. Mereka yang tidak sanggup bertahan ditembak mati. Mars kematian terbesar berlangsung pada musim dingin tahun 1944-1945, saat angkatan darat Soviet memulai pembebasan Polandia. Sembilan hari sebelum tentara Soviet tiba di Auschwitz, Jerman memerintahkan puluhan ribu tahanan melakukan mars keluar kamp menuju Wodzislaw, sebuah kota yang berjarak 35 mil jauhnya, tempat mereka dinaikkan ke kereta api barang untuk diangkut ke kamp-kamp lain. Sekitar satu di antara tiap empat orang tewas dalam perjalanan.
Kerap kali Nazi membunuh sekelompok besar tahanan sebelum, pada saat, dan setelah mars. Pada salah satu mars, 7.000 tahanan Yahudi, 6.000 di antaranya perempuan, dipindahkan dari kamp-kamp di daerah Danzig yang di sisi utara berbatasan dengan Laut Baltik. Selama mars yang berlangsung sepuluh hari itu, 700 orang dibunuh. Mereka yang masih hidup saat mars mencapai pesisir laut digiring ke dalam air dan ditembak.

Tanggal-tanggal Penting

18 JANUARI 1945
MARS KEMATIAN DARI SISTEM KAMP AUSCHWITZ DIMULAI

SS mulai mengevakuasi Auschwitz beserta kamp-kamp satelitnya. Hampir 60.000 tahanan dipaksa melakukan mars kematian dari sistem kamp Auschwitz. Ribuan tahanan dibantai pada hari-hari menjelang mars kematian. Puluhan ribu tahanan, yang sebagian besar merupakan orang Yahudi, dipaksa melakukan mars ke kota Wodzislaw yang berlokasi di wilayah barat Upper Silesia. Pengawal SS menembaki siapa saja yang tertinggal di belakang atau tidak sanggup berjalan lagi. Lebih dari 15.000 tahanan tewas dalam mars kematian dari Auschwitz. Di Wodzislaw, tahanan dinaikkan ke kereta api barang yang tidak memiliki pemanas dan dideportasi ke kamp-kamp konsentrasi di Jerman, terutama ke Flossenbuerg, Sachsenhausen, Gross-Rosen, Buchenwald, Dachau, dan Mauthausen. Pada tanggal 27 Januari 1945, AD Soviet memasuki Auschwitz dan membebaskan segelintir tahanan yang tersisa.
25 JANUARI 1945
EVAKUASI DAN MARS KEMATIAN DARI KAMP KONSENTRASI STUTTHOF

Evakuasi terhadap hampir 50.000 tahanan, yang mayoritas adalah orang Yahudi, dimulai dari sistem kamp Stutthof di utara Polandia. Sekitar 5.000 tahanan dari subkamp Stutthof digiring ke pesisir Laut Baltik, dipaksa memasuki air, dan diberondong senapan mesin. Tahanan lainnya dipaksa melakukan mars kematian ke Lauenburg di timur Jerman, di mana mereka dihadang oleh pasukan Soviet yang bergerak maju. Jerman memaksa para tahanan berjalan kembali ke Stutthof. Ribuan tahanan tewas dalam mars kematian ini karena cuaca musim dingin yang ganas dan perlakuan keji para pengawal SS. Pada akhir bulan April 1945, para tahanan yang tersisa dipindahkan dari Stutthof lewat laut dikarenakan Stutthof telah sepenuhnya dikepung oleh pasukan Soviet. Lagi-lagi, ratusan tahanan dipaksa masuk ke dalam laut dan ditembaki. Lebih dari 25.000 tahanan, yaitu satu di antara dua tahanan, tewas selama evakuasi dari Stutthof. Pasukan Soviet memasuki Stutthof pada tanggal 9 Mei 1945.
7 APRIL 1945
MARS KEMATIAN DARI KAMP KONSENTRASI BUCHENWALD

Seiring dengan mendekatnya pasukan Amerika, Nazi mulai melakukan evakuasi massal terhadap para tahanan dari kamp konsentrasi Buchenwald dan subkampnya. Hampir 30.000 tahanan dipaksa melakukan mars kematian menjauhi pasukan Amerika yang mendekat. Sekitar sepertiga dari mereka tewas dalam mars tersebut. Pada tanggal 11 April 1945, para tahanan yang masih bertahan hidup mengambil alih kamp, tidak lama sebelum pasukan Amerika memasuki lokasi tersebut pada hari yang sama.
26 APRIL 1945
MARS KEMATIAN DARI KAMP KONSENTRASI DACHAU

Hanya tiga hari menjelang pembebasan kamp Dachau, SS memaksa sekitar 7.000 tahanan melakukan mars kematian dari selatan Dachau ke Tegernsee. Pada mars kematian selama enam hari tersebut, siapa saja yang tidak bisa bertahan atau melanjutkan perjalanan ditembaki. Banyak lainnya yang tewas karena pajanan cuaca, kelaparan, atau kelelahan. Pasukan Amerika membebaskan kamp konsentrasi Dachau pada tangal 29 April 1945. Pada awal bulan Mei 1945, pasukan Amerika membebaskan tahanan yang selamat dari mars kematian ke Tegernsee tersebut.

MANUSIA SEPERTI SEBUAH BUKU

Cover depan adalah tanggal lahir..
Cover belakang adalah tanggal kematian..
Tiap lembarnya, adalah tiap hari dalam hidup kita dan apa yang kita lakukan.


ada buku yang tebal,
ada buku yang tipis.
ada buku yang menarik dibaca,
ada yang sama sekali tidak menarik


Sekali tertulis, tidak akan pernah bisa di "edit" lagi


Tapi hebatnya,
seburuk apapun halaman sebelumnya,
selalu tersedia halaman selanjutnya yang putih bersih, baru dan tiada cacat.


Sama dengan hidup kita, seburuk apapun kemarin, 
Tuhan selalu menyediakan hari yang baru untuk kita.


Kita selalu diberi kesempatan baru untuk 
melakukan sesuatu yang benar dalam hidup kita setiap harinya.
Kita selalu bisa memperbaiki kesalahan kita dan melanjutkan alur cerita kedepannya
sampai saat usia berakhir, yang sudah ditetapkanNYA.


Terima kasih ya Tuhan untuk hari yang baru ini.


Syukuri hari ini dan isilah halaman buku kehidupanmu dengan hal-hal yang baik semata


Dan jangan pernah lupa, untuk selalu bertanya kepada Tuhan, tentang apa yang harus ditulis
tiap harinya.


Supaya pada saat halaman terakhir buku kehidupan kita selesai, kita dapati diri ini
sebagai pribadi yang berkenan kepadaNYA.


Dan buku kehidupan ini layak untuk dijadikan teladan bagi anak-anak kita dan apapun setelah kita nanti.


Selamat menulis dibuku kehidupanmu,
Menulislah dengan tinta cinta dan kasih sayang, serta pena kebijaksanaan.


Aku berdoa dan berharap.


"Agar Tuhan selalu menyertai langkahmu"...karena....
Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa langit itu selalu biru,
bunga selalu mekar,
dan mentari selalu bersinar..


Tapi ketahuilah bahwa dia selalu memberi pelangi disetiap badai, senyum disetiap airmata, berkah di setiap cobaan, dan jawaban disetiap doa..


Semoga esok lebih baik dari hari ini.


(Thanks buat Nuna Mbem-Madu Pramuka Cibubur)

Rabu, 11 April 2012

HOLOCAUST


Holocaust merupakan persekusi dan pembantaian sekitar enam juta orang Yahudi yang dilakukan secara sistematis, birokratis dan disponsori oleh rezim Nazi beserta para kolaboratornya. "Holocaust" berasal dari bahasa Yunani yang artinya "berkorban dengan api." Nazi, yang mulai berkuasa di Jerman pada bulan Januari 1933, meyakini bahwa bangsa Jerman adalah “ras unggul” sedangkan kaum Yahudi dianggap “inferior,” yaitu ancaman luar terhadap apa yang disebut dengan masyarakat rasial Jerman.
Selama masa Holocaust berlangsung, pemerintah Jerman juga menjadikan kelompok-kelompok lain sebagai target karena mereka dianggap memiliki “ras inferior”: Orang Roma (Gipsi), penyandang cacat, dan sebagian bangsa Slavia (Polandia, Rusia, dan yang lainnya). Kelompok lainnya dipersekusi karena alasan politis, ideologis, dan perilaku, di antaranya kaum Komunis, Sosialis, Kesaksian Yehova, serta kaum homoseksual.
Pada tahun 1933, populasi Yahudi di Eropa berjumlah lebih dari sembilan juta orang. Kebanyakan kaum Yahudi Eropa tinggal di negara-negara yang akan diduduki atau dipengaruhi oleh Nazi Jerman selama Perang Dunia II. Hingga tahun 1945, Jerman dan para kolaboratornya telah membantai hampir dua dari setiap tiga orang Yahudi Eropa sebagai bagian dari kebijakan Nazi "Solusi Akhir," untuk membantai kaum Yahudi Eropa. Meskipun kaum Yahudi, yang oleh Nazi dianggap paling membahayakan Jerman, adalah target utama rasisme Nazi, korban lainnya juga termasuk sejumlah 200.000 orang Roma (Gipsi). Sedikitnya 200.000 pasien sakit mental dan cacat fisik, terutama orang-orang Jerman yang tinggal dalam yayasan penampungan, dibantai dalam apa yang dinamakan Program Eutanasia.
Sebuah keluarga Yahudi di ghetto Piotrkow Trybunalski. Semua orang di dalam foto ini mati dalam Holocaust. Polandia, 1940.
Seiring meluasnya tirani Nazi ke seluruh Eropa, Jerman dan para kolaboratornya memersekusi dan membantai jutaan orang lainnya. Antara dua hingga tiga juta tawanan perang Soviet dibantai atau mati karena kelaparan, penyakit, pengabaian, atau penganiayaan. Jerman menjadikan kaum cendekiawan Polandia non-Yahudi sebagai target pembantaian, dan mendeportasi jutaan warga sipil Polandia dan Soviet untuk kerja paksa di Jerman atau di wilayah Polandia yang diduduki, di mana mereka bekerja dan kebanyakan tewas karena kondisi yang menyedihkan. Di tahun-tahun awal rezim Nazi berkuasa, pemerintah Jerman memersekusi kaum homoseksual dan mereka yang perilakunya menyimpang dari norma sosial yang sudah ditetapkan. Ribuan lawan politik (seperti kaum Komunis, Sosialis dan anggota serikat buruh), serta para disiden religi (seperti Kesaksian Yehova) menjadi target polisi Jerman. Banyak dari mereka yang mati akibat penahanan dan penganiayaan.
Pada tahun-tahun awal rezim Nazi berkuasa, pemerintah Sosialis Nasional membangun kamp konsentrasi untuk menahan para lawan politik maupun ideologis yang sesungguhnya ataupun yang dicurigai. Pada tahun-tahun menjelang pecahnya perang, pejabat SS dan polisi semakin banyak menahan kaum Yahudi, orang Roma, serta korban kebencian etnis dan ras lainnya di dalam kamp ini. Untuk mengumpulkan dan mengawasi penduduk Yahudi serta agar nantinya lebih mudah mendeportasi kaum Yahudi, Jerman dan para kolaboratornya membuat banyak ghetto, kamp transit, dan kamp pekerja paksa untuk kaum Yahudi selama tahun-tahun perang. Pemerintah Jerman juga mendirikan banyak kamp kerja paksa, baik di tempat yang disebut Reich Jerman Raya maupun di wilayah yang diduduki Jerman, untuk pekerja paksa non-Yahudi yang akan mereka eksploitasi.
Menyusul invasi ke Uni Soviet pada bulan Juni 1941, Einsatzgruppen (unit pembunuh keliling) dan, kemudian batalion militer dari petugas kepolisian, bergerak ke belakang garis tempur Jerman untuk melaksanakan operasi pembantaian massal terhadap kaum Yahudi, orang Roma, pejabat Partai Komunis dan pejabat negara Soviet. Unit polisi dan SS Jerman, didukung oleh Wehrmacht dan SS Waffen, membantai lebih dari satu juta orang Yahudi laki-laki, wanita, dan anak-anak, serta ratusan ribu orang lainnya. Antara tahun 1941 dan 1944, pemerintah Nazi Jerman mendeportasi jutaan orang Yahudi dari Jerman, dari wilayah pendudukan, dan dari banyak negara Poros sekutunya ke ghetto dan pusat pembantaian, sering disebut kamp pembantaian, di mana mereka dibantai dalam fasilitas gas yang dibuat secara khusus.
Pada bulan-bulan menjelang berakhirnya perang, para petugas SS memindahkan para tahanan dengan kereta api atau dipaksa berjalan kaki, sering kali disebut “evakuasi maut,” sebagai upaya untuk mencegah pihak Sekutu membebaskan tahanan dalam jumlah besar. Saat tentara Sekutu bergerak memasuki Eropa dalam sejumlah ofensif terhadap Jerman, mereka mulai menemukan dan membebaskan para tahanan kamp konsentrasi, serta para tahanan yang tengah berjalan kaki secara paksa dari satu kamp ke kamp lain. Perjalanan ini terus berlanjut hingga tanggal 7 Mei 1945, hari di mana angkatan bersenjata Jerman menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Bagi Sekutu yang bergerak di bagian barat, Perang Dunia II secara resmi berakhir di Eropa pada hari berikutnya, tanggal 8 Mei (V-E Day atau Hari Kemenangan di Eropa), sementara Soviet mengumumkan “Hari Kemenangan”nya pada tanggal 9 Mei 1945.
Setelah Holocaust berakhir, banyak korban yang masih hidup berteduh dalam kamp orang terlantar yang dikelola oleh tentara Sekutu. Antara tahun 1948 dan 1951, hampir 700.000 orang Yahudi beremigrasi ke Israel, termasuk 136.000 orang Yahudi terlantar dari Eropa. Orang Yahudi terlantar lainnya beremigrasi ke Amerika Serikat dan negara lainnya. Kamp orang terlantar terakhir ditutup pada tahun 1957. Kejahatan yang dilakukan selama Holocaust menghancurkan sebagian besar komunitas Yahudi Eropa dan memusnahkan ratusan komunitas Yahudi dari seluruh wilayah Eropa timur yang diduduki.

Pergumulan Waktu dalam Kehidupan Rohani


Hal pertama yang perlu kita mengerti adalah konsep hidup di dalam Alkitab adalah bagaikan sebuah perjalanan, di mana hidup dan waktu berjalan secara linear, terus dari awal sampai akhir. Lalu apakah sebenarnya waktu itu? Waktu adalah perjalanan present meninggalkan past menuju kepada future.  Past dan future adalah 2 titik yang pasif dan statis, hanya present yang aktif dan terus berjalan. Proses waktu yang linear juga berarti waktu akan terus berjalan tidak pernah kembali.
Kita tidak menerima konsep waktu yang bersifat siklus atau melingkar. Analogi arloji dapat membahayakan. Jam 12 dalam 1 hari dapat kembali 2 kali, tetapi ketika kita sampai kepada titik TAHUN, di situlah waktu bersifat different. Maka, ketika waktu ditotal sebagai satu keutuhan kita akan menyadari bahwa tidak ada 1 detik pun yang dapat kembali. Kelemahan dari waktu yang bersifat melingkar adalah kehilangan existential moment dan existential responsibility. Apakah eksistensial itu? Yang dimaksud di sini bukan sekedar eksistansi atau suatu keberadaan, akan tetapi ini sesuatu yang menyangkut life and death. Ketika waktu bersifat melingkar seperti yang banyak terdapat di konsep-konsep kebudayaan, waktu jadi kehilangan kekuatan sejarahnya, waktu menjadi tidak berarti, tidak ada momen atau opportunity yang berharga. Kita jadi berpikir bahwa satu peristiwa pasti dapat datang kembali, lalu kita mengabaikan waktu itu dan tidak bertanggung jawab atasnya.
Kita sering memikirkan waktu hanya dari pandangan mikro, yakni hal-hal seperti saya nanti malam makan dan tidur jam berapa, besok harus bertemu orang pukul berapa dsb. Akan tetapi sering kita kehilangan pikiran yang menanyakan, sebenarnya zaman kita ini mau ke mana? Saudara-saudara, Alkitab mengatakan bahwa Tuhan-lah yang memegang sejarah. Konsep ini banyak didapat dari kitab Wahyu. Konteks dari Wahyu adalah diberikan kepada orang Kristen yang sedang menghadapi penganiayaan kaisar Domisianus yang begitu kejam. Maka mereka menjadi bergumul dengan waktu. Ke manakah arah sejarah? Siapakah yang memegangnya? Kaisar Domisianus-kah? Namun Yesus berkata kepada Rasul Yohanes untuk menulis bahwa Dialah Alfa dan Omega! Sejarah itu ada di tangan TUHAN! Bukan di tangan manusia. Oleh karena itu orang Kristen memiliki satu pengharapan yang sangat besar meskipun mereka masuk ke dalam dunia-dunia mikro atau eksistential yang pribadi secara kesulitan.
Pada waktu orang-orang Kristen di bawah penganiayaan, mereka bertanya-tanya di manakah Tuhan. Ketika hidup menjadi sulit, kita merasa tidak ada yang menolong. Banyak peristiwa-peristiwa yang menunjukkan keputusasaan historis, seperti zaman Nero & Hitler di waktu seperti tidak ada pengharapan. Akan tetapi secara kosmik atau secara kekekalan, Tuhanlah yang memegang sejarah. Puji Tuhan atas kitab Wahyu! Ia berkata “Akulah past present and future”.
Akan tetapi, orang-orang ateis mengatakan bahwa sejarah itu tidak memiliki arti, tidak ada yang memegang. Maka mereka masing-masing berespon terhadap tantangan sejarah secara pribadi lepas pribadi. Kalau kita orang yang licin, kita bisa menang, tapi kalau terlalu polos, kita akan dibuang. Yang menjadi makna sejarah adalah: Que sera sera - whatever will be will be. Apa yang benar menurut diri sendiri, itulah yang akan dilakukan.
Namun hal ini sama sekali berbeda dengan pandangan orang Kristen. Bagi orang Kristen, sejarah itu memiliki arti. Sejarah terus berjalan, tidak pernah kembali, dan berada di tangan Tuhan. Maka kita harus bergumul dengan sejarah dengan cara yang berbeda. Kita juga sepatutnya berdoa bagi sejarah, kita mohon supaya Tuhan menguduskan sejarah supaya jangan ada sejarah yang kelam.
Lalu kenapa Alkitab memfokuskan sejarah keselamatan Tuhan bagi orang percaya? Bukankah banyak kisah-kisah historis lainnya? Jawabannya adalah, Alkitab lebih tertarik kepada His story, bagaimana Tuhan bekerja dalam sejarah dan itulah yang seharusnya kita gumulkan, bukan semua kisah sejarah. Penting bagi kita untuk tidak kehilangan kesadaran makro ini supaya kita tidak jatuh kepada pergumulan mikro saja.
Sekarang kita akan memasuki pembahasan mengenai kronos dan kairos. Istilah ini muncul di dalam Kisah Para Rasul 1:7. Dalam bahasa Yunaninya, 2 kata ini ditulis sebagai  xρόνος (kronos) dan καιρός (kairos). Para filsuf sebelum Sokrates menyatakan kronos sebagai personifikasi dari waktu itu sendiri, present yang meninggalkan past menuju future. Kronos adalah chronological time, detik-detik yang berjalan. Sedangkan kairos adalah suatu crucial time. Paul Tilich, seorang filsuf mengatakan bahwa kairos adalah suatu krisis yang menghasilkan kesempatan untuk mengambil keputusan eksistensial. Sebagai contoh, pada masa penyusunan kabinet Indonesia yang baru beberapa waktu yang lalu berjalan, ada seorang ibu bernama Endang Rahayu Sidyaningsih; bukan seseorang yang terkenal, namun ia mendapat tawaran jabatan menteri kesehatan. Bagi dia, ini adalah suatu kesempatan yang tidak datang dua kali. Apabila kesempatan diambil, dia dapat menjadi pejabat publik, tapi konsekuensinya, privasi dia akan sangat terganggu. Inilah gambaran suatu life and death struggle. Pergumulan seperti inilah yang disebut kairos, bagi Paul Tilich, suatu masa krisis.
Apabila kita masuk kepada perbandingan yang lebih tajam, kita akan melihat bahwa kronos adalah waktu yang bersifat rutin, tetapi kairos itu tidak rutin. Kairos memiliki suatu nilai pengecualian, suatu exceptional value. Kesempatan yang hanya satu kali seumur hidup. Itu sebabnya banyak orang menjadi trauma ketika mereka menghadapi kesempatan-kesempatan yang tak tertangani dengan baik. Orang yang berkesempatan sekolah di Melbourne satu kali, akan tetapi tidak memanfaatkannya dengan beres, maka nanti apabila sudah pulang akan menyesal seumur hidup. Orang yang hidupnya hanya mencari kepuasan kedagingan, seperti free sex yang hanya memberi kenikmatan beberapa menit, mengandung dosa dan penyesalan yang harus ditanggung berpuluh-puluh tahun. Sungguh suatu ketidak-seimbangan yang sia-sia.
Ingatlah bahwa anugerah yang dibuang, tidak akan pernah kembali lagi. Janganlah saudara menyiksa diri di dalam historical suffering karena penderitaan seperti itu akan menyakitkan luar biasa, membawa penyesalan sampai mati. Begitulah mahalnya sebuah kesempatan.
Maka kita mengerti sekarang bahwa kairos adalah suatu momen, kesempatan yang harus diambil. Jangan biarkan kairos itu lewat! Apabila itu memang sesuatu yang benar dan berharga, maka ia HARUS diambil. Jangan kita mengerti kairos sekedar sebagai event.
Namun, kita juga jangan menghina kronos. Kronos pun memiliki kekuatannya sendiri. Apakah itu? Kronos adalah penguji kesetiaan yang paling puncak. Istilah setia adalah istilah yang selalu mengandung elemen waktu. Kesetiaan ditunjukkan dalam menghadapi hal yang penting, sulit, dan lama. Waktu yang ada dalam elemen kesetiaan ini adalah waktu kronos. Oleh sebab itu kronos sangatlah penting.
Yang perlu kita ketahui juga adalah, kronos selalu dibalut oleh penderitaan. Kata “sering” menjadi kunci di sini. Bumbu penderitaan itu menjadi sesuatu yang memaniskan kronos. Tahun-tahun yang sulit ketika dikenang lagi jangan membangkitkan suatu kejengkelan, tetapi jadikan suatu keindahan. Baiklah kita mengerti chronological time sebagai suatu panggung kesetiaan. Dan titik berangkat yang pertama, kita sepatutnya melihat kronos sebagai panggung kesetiaan Tuhan.
Kita seharusnya menyadari bahwa dalam tahun-tahun, hari demi hari dan jam-jam yang lewat, kesetiaan itu bukan sesuatu yang mudah. Oleh karena itu, orang-orang yang berada di dalam kronos kita, haruslah kita hargai; contohnya ibu kita yang pekerjaan merawat kita adalah banyak yang merupakan suatu repetisi, tetapi cinta kasihnya membuat dia setia. Kita harus menghargai siapapun yang hidup di dalam kronos kita, karena merekalah yang menunjukkan kesetiaan dalam kronos kita. Kesetiaan itu HARUS berada di dalam kronos.
Hal berikutnya yang harus kita ingat juga adalah bahwa kronos dan kairos, keduanya sama-sama anugerah Tuhan. Kairos yang adalah unexpected opportunities memang lebih mudah dilihat sebagai anugerah. Akan tetapi jangan kita lupa bahwa kronos pun adalah suatu anugerah. Kenyataan bahwa kita bisa hidup sampai hari ini adalah suatu anugerah! Semua yang rutin adalah anugerah, Marilah kita belajar bersyukur atas keseharian kita. Kenyataan bahwa kita seting mengeluh akan rutinitas kita menjadikan terkadang Tuhan mengizinkan kehilangan terjadi supaya kita belajar bersyukur.
Kemudian kita juga melihat bahwa kronos bisa menjadi kairos, dan kita dapat melihat kairos dalam kronos, yakni ketika kita melihat kronos dalam cinta kasih, arti, dan kehendak Allah. “Love makes all things beautiful. Love makes simple things beautiful.” Oleh-oleh sederhana yang dibungkus dengan cinta kasih menjadi bagus. Akan tetapi barang mewah yang dibungkus dengan kebencian, siapa yang mau menerima? Ketika orang sedang bersyukur, waktu menjadi motivasi untuk dia terus mengerjakan apa yang sedang ia kerjakan, tetapi di dalam kondisi patah hati dan putus asa, waktu menjadi satu kesakitan dan kejengkelan. Cinta kasih Kristus itu jauh lebih indah lagi. Inilah yang membuat misionaris dapat menikmati kronos. Sedangkan yang dimaksud dengan meaning bagi waktu adalah Firman Tuhan. Oleh karena ini, kronos menjadi sesuatu yang sangat powerful. Lalu terhadap kehendak Allah, hendaknya kita peka, karena inilah yang dapat membuat mata kita melihat kairos atau peluang-peluang dengan jelas.
Lalu sekarang kita sampai kepada bagian, bagaimanakah seharusnya kita menggumulkan waktu dalam konteks kehidupan kita? Kita tahu bahwa setiap orang diberi waktu 24 jam dalam 1 hari. Tetapi, umur setiap orang tidak sama, ada orang yang berumur 50 tahun, ada yang 90 tahun. Orang yang rajin melayani dan cinta Tuhan dapat meinggal umur 28, tetapi orang yang hidup sembrono bisa sampai umur 82 belum meninggal. Lalu mengapa Tuhan memberi tiap orang satu hari yang sama tetapi durasi berbeda? Alkitab menjawab perbedaan durasi didasarkan karena ada pimpinan Tuhan yang berbeda. Apabila kita melihat satu contoh, Musa diperintahkan Tuhan untuk tidak memasuki tanah Kanaan, dan ketika sampai di perbatasan, di atas gunung Nebo, Musa dipanggil Tuhan dan meninggal. Hal ini terjadi karena memang Musa diberi tugas memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan, maka pada saat itu tugasnya sudah selesai. Sedangkan Yosua bertugas memimpin bangsa Israel untuk masuk dan menduduki tanah perjanjian. Di Yosua 13, Alkitab mencatat bahwa Tuhan sendiri bilang bahwa Yosua sudah lanjut umurnya. Akan tetapi Tuhan tetap melanjutkan perintah karena masih banyak daerah belum direbut. Mengapa seperti ini? Hal ini karena konsep pensiun di dalam Alkitab bukan usia, tetapi tugas. Yang belum selesai tidak boleh berhenti, terus bekerja. Tetapi yang sudah selesai, ia akan berhenti yaitu ketika manusia meninggal. Mengapa Yesus berumur 33 tahun setengah, Musa 120 tahun dan Paulus 60 lebih? Karena Tuhan sudah men-set tugas, pembentukan, spirituality courses bagi Musa sebagai 120 tahun. Tiap orang memiliki tugas dan pembentukan yang berbeda, oleh karena itu usia berbeda-beda. Memang kematian dapat dipicu oleh penyakit, atau eksekusi, akan tetapi bila dilihat dari theological meaning kematian terjadi karena memang waktu hidup telah selesai.
Maka dalam hidup masing-masing orang, tidak ada waktu yang kurang. Umur berapa pun yang ditetapkan Tuhan, pasti cukup untuk melakukan kehendak Allah. Problemnya adalah kita banyak membuang waktu kita dengan sia-sia. Setiap orang kalau menggumulkan kehendak Allah pasti memiliki cukup waktu! Tidak ada istilah orang yang hidupnya kurang atau terlalu panjang. Yang hidupnya panjang berarti pekerjaannya banyak. Tetapi celakalah orang yang hidupnya panjang tetapi bekerjanya sedikit dan kurang melayani. Namun berbahagialah mereka yang hidupnya pendek tetapi giat melayani.
Banyak orang baru menggumulkan pertanyaan mengenai kehendak Tuhan ketika akan meninggal. Yang benar adalah SEKARANG-lah waktunya. Ketika saudara-saudara masih muda, kita harus cepat bertanya, apa yang Tuhan mau kita kerjakan dalam hidup kita. Jangan kita membuang-buang waktu dan memboroskan hidup. Yang masih SMP, SMA, atau kuliah, bacalah banyak pengetahuan. Jangan buang waktumu, atau nanti saudara akan menyesal. Jangan sia-siakan kesempatanmu yang banyak ini.
Hendaknya kita sadari bahwa puluhan tahun akan dengan sangat cepat berlalu. Maka Yesus berkata, kita harus mengerjakan pekerjaan Tuhan selama masih siang. Yesus menyatakan perkataan ini ketika masih siang. Sekaranglah saatnya kita harus cepat bergerak. Minta ampun kepada Tuhan untuk waktu-waktu yang sudah kita buang. Dan sekarang cepatlah kita bekerja.
Lalu bagaimana dengan yang sudah berusia lanjut? Biarlah waktu yang masih ada hendaknya kita squeeze. Pdt. Stephen Tong mengajukan cara pemakaian waktu dengan metode perkalian. Waktu yang ada untuk melayani Tuhan saat pensiun justru seharusnya lebih banyak. Baiklah kita ikut semua pelayanan yang kita bisa, untuk menebus ‘tahun-tahun yang dimakan belalang’, tahun-tahun kesia-siaan.
Berikutnya, waktu baru dapat dijalankan dengan benar apabila kita memiliki escatological awareness, suatu kesadaran eskatologis, bahwa waktu berjalan terus. Kesadaran eskatalogis membuat kita mengetahui bahwa waktu itu berjalan terus menuju akhir dan akan tiba saatnya di mana kita akan dihakimi oleh Tuhan. Ini adalah rahasia bagaimana semua hamba Tuhan yang besar memakai waktu mereka.
Yang terakhir, kita juga sering melihat bahwa ada dilema dalam waktu. Kadang-kadang terjadi dilema ketika suatu kesempatan datang, apakah harus diambil atau tidak? Kesempatan memang tidak boleh dibuang. Tetapi kenapa Yesus baru mulai melayani umur 30 tahun? Ada 18 tahun yang dihilangkan sejak umur 12 Ia berbicara di Bait Suci. Kenapa Musa harus berada di Midian selama 40 tahun? Bukankah apabila waktu itu dipakai untuk melayani, akan banyak hasil yang luar biasa? Rahasia bagi jawaban pertanyaan ini hanya satu, yaitu kehendak Allah. Yang menyebabkan saudara mengambil ataupun tidak mengambil suatu kesempatan haruslah dilandaskan oleh kehendak Allah. Inilah paradoks dari kesempatan. Kalau Tuhan tidak mau, meskipun kita ingin, tidak bisa kesempatan itu kita ambil.
Maka sebagai kesimpulan, bagaimana kita harus menggumulkan waktu adalah kita harus menggumulkannya di dalam kehendak Allah. Waktu baru menjadi ketika ia ada di dalam kehendak Allah. Kiranya khotbah ini boleh menjadi suatu trigger bagi kita untuk dapat lebih dalam lagi terus merenungkan dengan lebih tajam tentang waktu yang diberikan Tuhan dalam tiap hari kita.